Connect with us

General News

Gangster China Perbudak 100 Wanita Untuk Diambil Sel Telurnya Setiap Bulan

Unsplash/Diego San

SPILLS.CO.ID, Jakarta – Sebuah jaringan perdagangan manusia yang melibatkan eksploitasi perempuan untuk diambil sel telurnya telah terungkap di Georgia. Kejahatan ini pertama kali diketahui setelah tiga wanita Thailand berhasil diselamatkan oleh LSM Pavena Foundation for Children and Women, yang berbasis di Thailand.

Menurut Pavena Hongsakula, pendiri Pavena Foundation for Children and Women, kasus ini terungkap setelah salah satu korban yang telah bebas melaporkan kejadian tersebut. Para korban lainnya masih terjebak di “peternakan telur manusia” karena tidak mampu membayar kebebasan mereka.

Modus Operandi Kejahatan

Kelompok gangster China ini memikat perempuan melalui iklan di Facebook, menawarkan pekerjaan sebagai ibu pengganti dengan bayaran antara 11.500 hingga 17.000 euro. Organisasi yang merekrut mereka mengurus paspor dan visa, namun setibanya di Georgia, para perempuan tersebut langsung dibawa ke empat kompleks besar yang dihuni sekitar 100 wanita lainnya.

Para korban kemudian dipaksa untuk menjalani prosedur pengambilan sel telur setiap bulan. Mereka disuntik hormon untuk merangsang indung telur, dibius, dan sel telur mereka diambil menggunakan mesin. Sel telur yang dikumpulkan diduga dijual dan diperdagangkan ke negara lain untuk digunakan dalam prosedur fertilisasi in-vitro (IVF).

Reaksi Publik dan Upaya Penyelamatan

Kasus ini memicu kemarahan publik dan menuntut adanya regulasi ketat terhadap industri reproduksi. Banyak pengguna media sosial menyerukan pengawasan lebih ketat terhadap asal sel telur donor dan industri ibu pengganti.

Penyelamatan tiga wanita Thailand ini dilakukan oleh Interpol setelah adanya permintaan bantuan dari pemerintah Thailand pada Januari 2025. Operasi ini berhasil berkat informasi dari korban yang sebelumnya telah dibebaskan setelah membayar uang tebusan lebih dari US$2.000.

Tren Perdagangan Manusia di Thailand

Laporan Pavena Foundation menunjukkan bahwa sepanjang 2024, sebanyak 257 warga Thailand menjadi korban perdagangan manusia, dengan 204 di antaranya ditemukan berada di luar negeri. Yayasan tersebut telah membantu menyelamatkan 152 korban.

Penegak hukum Thailand kini memperluas penyelidikan dan berkoordinasi dengan Interpol untuk mengungkap lebih banyak pelaku. Pemerintah Georgia juga mempertimbangkan regulasi lebih ketat untuk melarang praktik perdagangan sel telur dan melindungi perempuan dari eksploitasi.

Kasus ini menyoroti perlunya kesadaran internasional terhadap perdagangan manusia yang memanfaatkan kerentanan perempuan. Perlindungan hukum yang lebih ketat serta upaya penyelamatan yang berkelanjutan sangat penting untuk mencegah praktik ilegal ini di masa depan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version