General News
Gencatan Senjata Israel-Hamas Resmi Berlaku, Truk Bantuan Pertama Masuki Gaza
SPILLS.CO.ID, Jakarta – Gencatan senjata antara Israel dan Hamas resmi diberlakukan di Jalur Gaza pada Minggu (19/1/2025) pagi waktu setempat, setelah sempat tertunda selama tiga jam. Kesepakatan ini mengakhiri konflik selama 15 bulan yang berlangsung sejak Oktober 2023.
Rincian Pelaksanaan Gencatan Senjata
Menurut pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel, gencatan senjata fase pertama dimulai pukul 11.15 waktu lokal, meskipun awalnya dijadwalkan berlaku pada pukul 08.15. Selama penundaan tersebut, Israel masih sempat melancarkan serangan udara ke wilayah Gaza.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Hamas menyerahkan tiga warga Israel yang menjadi sanderanya kepada Palang Merah Internasional. Sebagai balasannya, Israel membebaskan 90 warga Palestina yang selama ini ditahan.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, menegaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan gencatan senjata ini sepenuhnya bergantung pada komitmen Israel. Brigade Al-Qassam juga menyatakan akan mematuhi setiap fase perjanjian gencatan senjata dan jadwal pertukaran sandera-dengan-tahanan, dengan peringatan bahwa pelanggaran oleh Israel dapat membahayakan proses tersebut.
Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk Gaza
Truk bantuan kemanusiaan pertama memasuki Gaza melalui perlintasan Kerem Shalom di selatan wilayah itu, dikonfirmasi oleh sumber-sumber Palestina pada Minggu. Puluhan truk bantuan juga terlihat melintasi perbatasan Rafah dari Mesir ke Gaza, setelah menjalani inspeksi oleh otoritas Israel.
Berdasarkan kesepakatan, sekitar 600 truk bermuatan bantuan kemanusiaan, termasuk 50 truk bahan bakar, akan dikirimkan setiap hari ke Gaza untuk meringankan krisis kemanusiaan yang terjadi.
Peran Mediator dan Langkah Selanjutnya
Kesepakatan gencatan senjata ini dicapai pada Rabu (15/1/2025) melalui mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Fase pertama gencatan senjata akan berlangsung selama 42 hari. Delegasi dari mediator dan pihak-pihak terkait, termasuk dari Palestina dan Israel, hadir di Kairo untuk memantau implementasi kesepakatan ini.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, memperingatkan bahwa kawasan Timur Tengah akan tetap tidak stabil jika Hamas terus memegang kendali di Jalur Gaza. Saar menilai keberadaan Hamas di Gaza dapat terus memicu ketidakstabilan regional.
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pemberlakuan kesepakatan tersebut, menandai langkah awal menuju stabilitas yang diharapkan dapat mengurangi eskalasi konflik di wilayah tersebut.