Connect with us

General News

Destiny Church Gelar Aksi Protes di Auckland Dengan Tarian Haka, Ganggu Parade LGBT

Tangkapan layar X/@BrianTamakiNZ

SPILLS.CO.ID, Jakarta – Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Destiny Church menggelar aksi protes dengan menerobos barikade polisi dan mengganggu parade komunitas LGBT di Ponsonby Road, Auckland, pada Sabtu malam (16/2/2025).

Mengenakan kaus bertuliskan “Man Up”, kelompok ini menghadang jalannya parade dengan menampilkan haka, tarian tradisional Māori, sebagai bentuk perlawanan. Para demonstran berdiri di depan polisi yang mengawal acara, sementara peserta parade berusaha menenggelamkan aksi protes dengan sorakan dukungan.

Juru bicara Kepolisian Auckland mengonfirmasi bahwa sejumlah individu telah memaksa masuk ke area parade. “Polisi telah merespons dan memindahkan mereka dari jalan,” ujarnya.

Aksi Berlanjut ke Acara Anak-anak

Selain mengganggu parade, aksi protes juga terjadi di Perpustakaan Te Atatū, tempat diadakannya pertunjukan drag king untuk anak-anak. Anggota Destiny Church dilaporkan menyerbu pusat komunitas, memaksa masuk ke acara berbayar, serta melakukan tindakan intimidasi terhadap staf dan pengunjung.

Sekitar 30 anak dan orang dewasa terpaksa dibarikade di dalam ruangan demi keselamatan mereka. Polisi segera mengamankan lokasi, sementara penyelenggara acara mengecam tindakan tersebut sebagai “upaya intimidasi dan kekerasan terhadap komunitas yang rentan.”

Pernyataan Pemimpin Destiny Church

Pendiri Destiny Church, Brian Tamaki, mengklaim bahwa aksi ini merupakan bentuk perlawanan pemuda terhadap agenda LGBT di Selandia Baru.

“Anak muda kami sudah muak! Pria-pria Man Up sudah muak! Destiny Church sudah muak!” tulisnya di media sosial.

Tamaki menuding pemerintah membiarkan “agenda woke” merusak nilai-nilai tradisional dan menyerukan perubahan.

“Sudah saatnya membersihkan negeri ini! Mari buat Selandia Baru menjadi negara yang lurus kembali!” serunya.

Kecaman dari Pejabat Selandia Baru

Wali Kota Auckland, Wayne Brown, mengecam aksi tersebut dan menegaskan bahwa meskipun kebebasan berpendapat dijamin, intimidasi dan kekerasan tidak dapat diterima.

“Saya menghormati kebebasan berpendapat, tetapi tidak untuk intimidasi dan kekerasan. Perilaku ini tidak dapat diterima,” ujarnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, juga memberikan tanggapan terhadap protes ini.

“Ini adalah negara yang luar biasa yang menghargai keberagaman. Meskipun mereka memiliki hak untuk mengungkapkan pendapat, cara protes yang dilakukan tidak mencerminkan toleransi dan rasa hormat terhadap orang lain,” tegasnya.

Tuntutan Demonstran

Protes yang dilakukan oleh Destiny Church bukan hanya soal parade LGBT, tetapi juga kritik terhadap pemerintah terkait “pengeluaran berlebihan untuk pornografi dan penyimpangan seksual yang menyasar anak-anak Kiwi.”

Demonstrasi ini diikuti oleh puluhan anggota kelompok Man Up dan Legacy, yang merupakan bagian dari Destiny Church. Mereka menuntut pemerintah untuk segera bertindak dalam menangani isu moral di masyarakat.

Tamaki menyebut aksi ini sebagai “tindakan damai” untuk menekan pemerintah yang menurut mereka gagal melindungi anak-anak Selandia Baru dari dampak negatif pornografi dan penyimpangan seksual.

“Kami terpaksa maju dan mengambil tindakan ini karena pemerintah gagal menangani masalah ini,” pungkasnya.

Aksi Protes Menandai Meningkatnya Perlawanan Konservatif

Aksi protes Destiny Church ini menjadi sinyal meningkatnya perlawanan kelompok konservatif terhadap komunitas LGBT di Selandia Baru. Khususnya, di kalangan pemuda yang tergabung dalam Destiny Church dan kelompok Man Up.

Meskipun tidak ada penangkapan dalam aksi ini, kepolisian Auckland terus memantau situasi guna mencegah eskalasi lebih lanjut.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version