Connect with us

General News

260 Korban Penipuan Online Termasuk WNI Dibebaskan dari Myanmar

REUTERS/Krit Phromsakla Na Sakolnakorn

SPILLS.CO.ID, Jakarta – Sebanyak 260 orang dari 20 negara, termasuk Indonesia, dibebaskan oleh kelompok etnis bersenjata Myanmar pada Rabu (12/2/2025).

Rekaman dari Angkatan Darat Thailand memperlihatkan ratusan orang berdiri di atas kapal yang mengapung menuju perbatasan Thailand melalui Sungai Moei. Para pekerja tersebut, yang lebih dari separuhnya berasal dari negara-negara di Afrika dan Asia, dibawa dari Negara Bagian Karen, Myanmar.

Pekan lalu, Thailand memutus pasokan listrik, internet, dan bahan bakar ke wilayah perbatasan Myanmar sebagai upaya menekan pusat-pusat penipuan.

Kementerian Luar Negeri Indonesia mengonfirmasi bahwa sejumlah warga negara Indonesia (WNI) termasuk dalam kelompok korban yang dibebaskan dan dibawa ke Thailand. Mereka adalah orang-orang yang sebelumnya bekerja di pusat penipuan di Myanmar.

Para pekerja yang diterima oleh tentara Thailand kemudian diperiksa untuk memastikan apakah mereka merupakan korban perdagangan manusia. Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, membenarkan informasi ini, namun belum memerinci identitas WNI yang dibebaskan.

Upaya Thailand dan China dalam Menutup Pusat Penipuan

Pekan lalu, Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra bertemu dengan pemimpin China, Xi Jinping, dan berjanji akan menutup pusat-pusat penipuan yang tersebar di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar.

Otoritas Thailand telah menghentikan akses listrik dan bahan bakar dari sisi perbatasan Thailand serta memperketat peraturan perbankan dan visa guna mencegah operator penipuan menjadikan Thailand sebagai negara transit bagi pekerja dan uang tunai.

Beberapa anggota parlemen oposisi di Thailand telah mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan ini selama dua tahun terakhir. Pekerja asing umumnya dibujuk dengan tawaran gaji besar atau dijanjikan pekerjaan di Thailand, tetapi malah dikirim ke Myanmar.

Para penipu merekrut pekerja yang memiliki keterampilan dalam bahasa sasaran penipuan, biasanya bahasa Inggris dan Mandarin. Mereka dipaksa melakukan aktivitas kriminal dunia maya, termasuk penipuan asmara (“jagal babi”), penipuan kripto, pencucian uang, dan perjudian ilegal.

Beberapa pekerja bersedia menjalankan pekerjaan ini, tetapi banyak yang dipaksa untuk tetap tinggal dan hanya bisa dibebaskan jika keluarga mereka membayar uang tebusan besar. Beberapa korban yang berhasil melarikan diri mengaku mengalami penyiksaan.

Peran Kelompok Bersenjata dalam Operasi Penipuan

Para pekerja asing yang dibebaskan diserahkan oleh DKBA, salah satu dari beberapa faksi bersenjata yang menguasai wilayah di Negara Bagian Karen. Kelompok ini diduga membiarkan kompleks penipuan beroperasi di bawah perlindungan mereka dan menoleransi penyiksaan terhadap korban perdagangan manusia.

Sejak kemerdekaan Myanmar pada tahun 1948, pemerintah Myanmar tidak mampu memperluas kendalinya atas sebagian besar wilayah Negara Bagian Karen. Pada Selasa (11/2/2025), Departemen Investigasi Khusus Thailand mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk tiga komandan kelompok bersenjata lain, Tentara Nasional Karen (KNU).

Salah satu yang menjadi target adalah Saw Chit Thu, panglima perang Karen yang bekerja sama dengan perusahaan China pada 2017 untuk membangun kota Shwe Kokko, yang diyakini sebagian besar didanai oleh penipuan.

Seperti DKBA, Saw Chit Thu memisahkan diri dari KNU pada 1994 dan bersekutu dengan militer Myanmar. Di bawah tekanan dari Thailand dan China, Saw Chit Thu dan DKBA mengklaim akan mengusir bisnis penipuan dari wilayah mereka.

Komandan DKBA menghubungi anggota parlemen Thailand pada Selasa (11/2/2025) untuk mengatur penyerahan 260 pekerja, yang terdiri dari 221 pria dan 39 perempuan, dari berbagai negara, termasuk Ethiopia, Kenya, Filipina, Malaysia, Pakistan, China, Indonesia, Taiwan, Nepal, Uganda, Laos, Burundi, Brasil, Bangladesh, Nigeria, Tanzania, Sri Lanka, India, Ghana, dan Kamboja.

Exit mobile version