Connect with us

Education

Studi: Manusia Mulai Jarang Tertawa pada Usia 23 Tahun, Karena Dunia Kerja

Unsplash/Artem Budaiev

SPILLS.CO.ID, Jakarta – Sebuah studi yang dilakukan oleh dua peneliti dari Stanford University, Amerika Serikat, menemukan bahwa seseorang mulai kehilangan selera humor pada usia 23 tahun. Temuan ini dipublikasikan dalam buku Humour, Seriously yang ditulis oleh Jennifer Aaker dan Naomi Bagdonas, seperti dikutip dari The Independent.

Penelitian ini melibatkan survei terhadap 1,4 juta orang dari 166 negara berbeda, yang mengukur seberapa sering seseorang tertawa atau tersenyum dalam sehari.

Hasil Penelitian

Peneliti menemukan bahwa rata-rata orang mulai jarang tertawa dan tersenyum pada usia 23 tahun. Salah satu penyebab utama adalah transisi ke dunia kerja, di mana seseorang mulai menjalani peran yang dianggap lebih serius.

“Kita tumbuh dewasa, memasuki dunia kerja, dan tiba-tiba menjadi orang yang serius dan penting,” tulis Aaker dan Bagdonas dalam bukunya.

Penurunan frekuensi tertawa ini terlihat kontras dengan kebiasaan anak-anak. Anak berusia 4 tahun, misalnya, rata-rata tertawa sebanyak 300 kali sehari, sedangkan orang berusia 40 tahun membutuhkan waktu dua setengah bulan untuk mencapai jumlah tawa yang sama.

Humor dan Dunia Kerja

Setelah mengamati lebih dari 700 pekerja di berbagai industri, Aaker dan Bagdonas menemukan bahwa banyak pekerja takut menunjukkan selera humor mereka demi mempertahankan citra profesionalisme.

Mereka mengidentifikasi empat alasan utama mengapa pekerja jarang tertawa atau menunjukkan selera humor di tempat kerja:

  1. Lingkungan Serius: Banyak orang percaya bahwa tertawa tidak memiliki tempat di dunia kerja yang serius.
  2. Ketakutan Gagal: Ketakutan bahwa lelucon mereka akan gagal atau dianggap tidak lucu.
  3. Persepsi Humor: Keyakinan bahwa membuat orang lain tertawa hanya bisa dilakukan oleh orang yang “lucu”.
  4. Bakat Alami: Anggapan bahwa selera humor adalah bawaan sejak lahir dan tidak bisa dipelajari.

Humor sebagai Kekuatan

Padahal, menurut Aaker dan Bagdonas, humor dapat menjadi kekuatan besar jika digunakan dengan tepat. Mereka menekankan bahwa setiap individu memiliki selera humor yang unik, dan itu adalah potensi yang dapat dikembangkan.

“Masing-masing dari kita memiliki selera humor yang unik, dan itu adalah kekuatan yang dapat kita kembangkan,” ujar Bagdonas.

Temuan ini memberikan wawasan penting bahwa, meskipun dunia kerja sering dianggap serius, humor dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan suasana, kreativitas, dan produktivitas di tempat kerja.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *