Connect with us

General News

Perusahaan China Ancam Pecat Karyawannya yang Masih Jomblo

Unsplash/Hyunwon Jang

SPILLS.CO.ID, Jakarta – Sebuah perusahaan bahan kimia di China, Shuntian Chemical Group, menjadi sorotan setelah mengeluarkan kebijakan kontroversial. Perusahaan yang berbasis di Provinsi Shandong ini mewajibkan karyawannya yang masih lajang, termasuk yang telah bercerai, untuk menikah sebelum 30 September 2025. Jika tidak, mereka terancam pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kebijakan ini diumumkan pada Januari 2025 sebagai upaya mendukung pemerintah dalam meningkatkan angka pernikahan di China. Perusahaan yang memiliki lebih dari 1.200 karyawan itu juga mengharuskan mereka yang belum menikah hingga akhir Maret untuk menulis surat kritik diri.

Dalam pengumumannya, Shuntian Chemical Group menekankan bahwa membiarkan diri tetap lajang bukanlah tindakan yang baik. Perusahaan juga mengklaim bahwa kebijakan ini sejalan dengan nilai-nilai tradisional China, seperti kesetiaan dan bakti kepada orang tua.

Kritik dan Pencabutan Kebijakan

Setelah kebijakan ini viral, banyak kritik bermunculan, terutama di media sosial Weibo. Banyak yang menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk pelanggaran hak individu dan hanya menjadi dalih untuk memecat karyawan.

Biro Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial setempat segera melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan pada 13 Februari 2025. Kurang dari sehari kemudian, Shuntian Chemical Group mengumumkan pencabutan kebijakan tersebut dan memastikan tidak ada karyawan yang dipecat karena status perkawinan mereka.

Seorang staf pemerintah menyatakan bahwa kebijakan tersebut melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Kontrak Kerja China. Sementara itu, Profesor Yan Tian dari Sekolah Hukum Universitas Peking menegaskan bahwa kebijakan tersebut bertentangan dengan kebebasan menikah yang dijamin dalam konstitusi China.

Latar Belakang Penurunan Angka Pernikahan di China

Kebijakan ekstrem ini muncul di tengah upaya pemerintah China untuk meningkatkan angka pernikahan dan kelahiran. Pada tahun lalu, jumlah pernikahan baru di China hanya mencapai 6,1 juta, turun 20,5 persen dari 7,68 juta pada tahun sebelumnya.

China juga mencatat kelahiran 9,54 juta bayi pada tahun lalu, meningkat 520.000 dari 2023—kenaikan pertama sejak 2017. Namun, para ahli menilai peningkatan ini lebih disebabkan oleh kepercayaan masyarakat yang lebih memilih melahirkan di Tahun Naga, yang dianggap membawa keberuntungan.

Dalam menghadapi penurunan populasi, beberapa daerah di China mulai memberikan insentif bagi pasangan yang menikah. Misalnya, sebuah kota di Provinsi Shanxi menawarkan hadiah 1.500 yuan (sekitar Rp3,3 juta) bagi pria dan wanita yang menikah untuk pertama kalinya.

Sementara itu, menjelang pertemuan parlemen tahunan China, seorang penasihat politik nasional mengusulkan penurunan usia legal menikah menjadi 18 tahun sebagai salah satu cara untuk mengatasi tren menurunnya pernikahan di negara tersebut. Saat ini, usia legal menikah di China adalah 22 tahun untuk pria dan 20 tahun untuk wanita, termasuk yang tertinggi di dunia.