Connect with us

General News

Terancaman Punah, Jepang Hanya Akan Memiliki Satu Anak Pada Tahun 2720

Unsplash/Jack T

SPILLS.CO.ID, Jakarta – Angka kelahiran di Jepang terus mengalami penurunan drastis, hingga menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan populasi negara tersebut.

Hiroshi Yoshida, seorang profesor di Pusat Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Lansia Universitas Tohoku, memperingatkan bahwa jika tren ini berlanjut, Jepang hanya akan memiliki satu anak pada tahun 2720.

Menurut Yoshida, simulasi ini dihitung berdasarkan tingkat penurunan populasi tahunan di kalangan anak-anak. Berdasarkan data terbaru, pada tanggal 5 Januari 2720, Jepang diperkirakan hanya memiliki satu anak berusia 14 tahun ke bawah. Prediksi tersebut dihitung menggunakan data tingkat penurunan tahunan sebesar 2,3%.

Angka Kelahiran Terendah dalam Sejarah

Data dari Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan bahwa angka kelahiran negara itu mencapai titik terendah pada tahun 2023, yaitu 1,20. Bahkan, di Tokyo, angka tersebut turun menjadi 0,99, menjadikannya kota pertama di Jepang dengan angka kelahiran di bawah 1. Penurunan ini mencerminkan rata-rata jumlah anak yang dimiliki wanita selama hidup mereka.

Salah satu penyebab utama penurunan angka kelahiran adalah semakin sedikitnya orang yang menikah. Berdasarkan sensus tahun 2020, sekitar 28% pria dan 17,8% wanita berusia 50 tahun belum pernah menikah. Angka ini meningkat drastis dibandingkan tahun 1990, yang hanya 5,6% untuk pria dan 4,3% untuk wanita.

Upaya Mengatasi Penurunan Angka Kelahiran

Para pembuat kebijakan Jepang terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi krisis demografi ini. Salah satu langkah yang dipertimbangkan adalah mendorong kaum muda untuk menikah melalui berbagai inisiatif, termasuk penggunaan aplikasi kencan.

Survei pada tahun lalu menunjukkan bahwa 1 dari 4 pasangan di bawah usia 40 tahun yang menikah dalam setahun terakhir bertemu melalui aplikasi kencan. Bahkan, Pemerintah Metropolitan Tokyo meluncurkan aplikasi kencan resmi sebagai alat bantu bagi warganya untuk menemukan pasangan hidup.

Penurunan angka kelahiran yang terus berlanjut menjadi tantangan besar bagi Jepang. Tanpa tindakan signifikan, dampaknya tidak hanya pada populasi, tetapi juga pada struktur ekonomi dan sosial negara. Upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan teknologi menjadi harapan untuk mengubah tren ini.