Connect with us

Education

Studi: 60% Orang Dewasa Terancam Mengalami Kelebihan Berat Badan pada 2050

Getty Images/Matthew Horwood

SPILLS.CO.ID, Jakarta – Sebuah studi global terbaru yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada Selasa (4/3/2025) mengungkapkan krisis obesitas yang semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini memperingatkan bahwa hampir 60% orang dewasa dan sepertiga anak-anak di dunia akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas pada 2050 jika tidak ada tindakan segera.

Studi yang menggunakan data dari 204 negara ini menyoroti bahwa obesitas kini menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar di abad ke-21. Jumlah orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas meningkat drastis, dari 929 juta pada 1990 menjadi 2,6 miliar pada 2021.

Jika tren ini terus berlanjut, diperkirakan jumlahnya akan mencapai 3,8 miliar orang dewasa pada 2050, yang setara dengan 60% populasi orang dewasa dunia.

Dampak Terhadap Sistem Kesehatan Global

Para peneliti memperingatkan bahwa lonjakan angka obesitas akan menimbulkan tekanan berat bagi sistem kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan, sekitar seperempat populasi obesitas global pada 2050 akan berusia di atas 65 tahun, sehingga meningkatkan risiko penyakit terkait obesitas seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.

Selain itu, obesitas di kalangan anak-anak dan remaja diperkirakan meningkat sebesar 121%. Studi ini juga menunjukkan bahwa pada 2050, sepertiga dari anak muda yang mengalami obesitas akan tinggal di dua wilayah utama: Afrika Utara dan Timur Tengah, serta Amerika Latin dan Karibia.

Negara dengan Tingkat Obesitas Tertinggi

Menurut penelitian tersebut, lebih dari separuh orang dewasa yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas tinggal di delapan negara, yaitu China, India, Amerika Serikat, Brasil, Rusia, Meksiko, Indonesia dan Mesir.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan risiko tinggi dalam lonjakan obesitas di masa depan. Para ahli menekankan bahwa tanpa langkah pencegahan yang efektif, masalah ini akan semakin sulit dikendalikan.

Penyebab dan Solusi

Emmanuela Gakidou dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), penulis utama studi ini, menyebut epidemi obesitas sebagai “tragedi besar” dan kegagalan monumental dalam masyarakat. Ia menegaskan bahwa pola makan yang buruk dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak menjadi faktor utama pendorong obesitas.

Namun, Thorkild Sorensen, seorang peneliti dari University of Copenhagen yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyoroti bahwa ada faktor sosial yang lebih kompleks. “Kelompok yang kurang mampu secara sosial memiliki kecenderungan yang lebih tinggi terhadap obesitas, dan penyebabnya masih belum sepenuhnya dipahami,” katanya.

Jessica Kerr dari Murdoch Children’s Research Institute di Australia menekankan bahwa masih ada waktu untuk bertindak. “Diperlukan komitmen politik yang lebih kuat untuk mengubah pola makan dalam sistem pangan global serta strategi yang mendorong pola hidup sehat, seperti meningkatkan gizi, aktivitas fisik, dan lingkungan yang lebih mendukung kesehatan,” ujarnya.

Studi ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah dan masyarakat global untuk mengambil langkah konkret dalam menangani obesitas. Tanpa intervensi yang signifikan, krisis ini dapat membebani sistem kesehatan dan ekonomi dunia di masa depan.