Connect with us

Education

Reaktor “Matahari Buatan” China Pecahkan Rekor, Bertahan 1.066 Detik Dengan Suhu Lebih 100 Juta Derajat Celcius

REUTERS/Stringer

SPILLS.CO.ID, Jakarta – China kembali mencuri perhatian dunia melalui reaktor fusi nuklir Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST), yang berhasil mempertahankan kondisi stabil (steady state) selama 1.066 detik, atau hampir 18 menit yang suhunya jauh melampaui 100 juta derajat Celcius. Pencapaian ini memecahkan rekor dunia sebelumnya, yakni 403 detik, yang juga diraih oleh EAST.

Reaktor yang dijuluki “matahari buatan” ini bekerja menyerupai proses di inti matahari, yakni melalui fusi nuklir. Proses ini menggabungkan inti atom hidrogen menjadi helium pada suhu lebih dari 180 juta derajat Fahrenheit.

Berbeda dengan reaktor fisi tradisional, teknologi fusi nuklir tidak menghasilkan limbah nuklir berbahaya maupun emisi gas rumah kaca, sehingga menjadi solusi potensial bagi energi bersih di masa depan.

Keberhasilan ini diumumkan pada Senin (20/1/2025), dengan laporan dari media pemerintah China. Menurut Song Yuntao, Direktur Institut Fisika Plasma dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, operasi stabil dalam durasi panjang ini merupakan langkah penting menuju realisasi pembangkit listrik tenaga fusi komersial.

“Operasi stabil pada efisiensi tinggi selama ribuan detik sangat penting untuk memastikan sirkulasi plasma yang berkelanjutan, yang menjadi kunci bagi pembangkitan daya berkelanjutan dari pabrik fusi masa depan,” ujar Song.

Teknologi Tokamak: Kunci Operasi Jangka Panjang

EAST, yang berbasis di Hefei, China, menggunakan teknologi tokamak, sebuah reaktor berbentuk donat yang memanaskan bahan bakar hidrogen hingga berubah menjadi plasma. Plasma ini kemudian dijaga dalam ruang reaktor menggunakan medan magnet kuat untuk menjaga reaksi berkelanjutan.

Dalam eksperimen terbaru, sistem pemanas reaktor ditingkatkan hingga memiliki daya setara dengan 140.000 oven gelombang mikro, memungkinkan EAST mempertahankan reaksi plasma dalam waktu yang jauh lebih lama.

Meski reaktor fusi seperti EAST belum mencapai penyalaan—yakni titik di mana reaksi fusi menghasilkan energi lebih besar daripada yang dikonsumsi—rekor baru ini merupakan langkah maju menuju pencapaian tersebut.

Kolaborasi Internasional Menuju Energi Bersih

China bukan satu-satunya negara yang berinvestasi dalam teknologi fusi nuklir. EAST turut berkontribusi pada pengembangan International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER), sebuah proyek kolaborasi global yang melibatkan puluhan negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan.

ITER, yang saat ini sedang dibangun di Prancis, diharapkan menjadi reaktor fusi terbesar di dunia dan mulai beroperasi pada 2039. Data yang dikumpulkan dari EAST akan mendukung pengembangan ITER dan reaktor fusi lainnya di masa depan.

“Kami berharap dapat memperluas kolaborasi internasional melalui EAST dan membawa energi fusi ke dalam penggunaan praktis bagi umat manusia,” tambah Song.

Harapan untuk Masa Depan Energi

Meski teknologi ini menjanjikan sumber energi hampir tak terbatas, para ahli memperkirakan butuh beberapa dekade sebelum fusi nuklir dapat digunakan secara komersial. Saat ini, semua reaktor fusi, termasuk EAST, masih mengonsumsi lebih banyak energi daripada yang dihasilkannya.

Namun, pencapaian seperti rekor EAST memberikan optimisme bahwa teknologi ini dapat menjadi solusi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan energi bersih dunia.

Dengan keberhasilan ini, China semakin menegaskan posisinya sebagai salah satu pemimpin global dalam pengembangan teknologi fusi nuklir.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *